watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Aku dan kontol pria muda

Cerita Dewasa Panas Pagi itu cerah sekali. inilah
dimana aku bisa bercerita tentang cerita dewasa
terbaru untuk kamu semuanya. Aku bangun
dengan tubuh dan perasaan yang benar-benar
fresh. Hari ini hari Sabtu, berarti aku libur dari
pekerjaanku sebagai seorang sekretaris direksi
sebuah dealer mobil mewah di kawasan S,
Jakarta. Hari ini aku rencananya akan
menghabiskan weekend di rumah sahabatku, V
di kota B. Oh ya, namaku *****, teman-teman
biasa memanggilku Celyn, umurku saat ini
menginjak kepala 3, tapi aku belum menikah
karena masih menikmati hidup tanpa ikatan, tapi
bukan berarti aku tidak punya pacar. Pacarku
namanya Josh, di kerja di perusahaan trading.
Kami sudah menjalin hubungan selama satu
setengah tahun.
Kok jadi ngomongin diriku ya? (narsis bgt ya?).
Anyway, aku segera bangun untuk bersiap-siap.
Aku segera menuju kamar mandi. Seperti biasa,
aku langsung melepas piyamaku. Setelah tidak
ada sehelai benangpun di tubuhku, akupun mulai
menggosok gigi. Sambil menggosok gigi,
kuperhatikan tubuhku dicermin yang ada
dihadapanku. Tubuhku memang montok, apalagi
di bagian pinggul karena aku hampir tidak ada
waktu untuk fitness, tapi toh aku tidak perduli, aku
bahagia dengan tubuhku ini. Sambil menyikat gigi
ku pegang buah dadaku, yang menurutku biasa
saja, tapi tidak menurut teman-temanku. Menurut
mereka buah dadaku seperti mau tumpah,
mungkin karena aku selalu memakai bra yang
tidak menutupi semua buah dadaku. Aku terus
meraba buah dadaku sambil terus menyikat gigi,
rasanya geli…lama-lama aku justru lebih fokus
pada remasan tanganku daripada menyikat
gigiku. Akhirnya aku tersadar…kuputuskan
menghentikan kegiatan menyenangkan diriku itu
lalu bergegas bersiap-siap.
Setelah memasukkan barang ke H…. J…ku (nanti
dikira dapet sponsor), aku segera melaju ke arah
tol menuju B. Sebelum berangkat aku sempat
meminta alamat V, dan dia segera mengirim SMS
alamat lengkapnya. Bukan sekali ini aku ke kota B,
tapi Baru dua minggu yang lalu Vina pindah
rumah ke daerah CL, dan aku tidak tahu sama
sekali dimana itu. Aku pikir toh nanti bisa tanya
sama orang di jalan.
Sesampainya di B, aku mulai mengikuti petunjuk
SMS V untuk menuju ke rumahnya, tapi…jalanan
di kota B ini sangat membingungkan. Setelah
berputar-putar aku memutuskan untuk bertanya.
Di depanku aku melihat kerumunan anak SMP
yang baru pulang sekolah, aku lalu meminggirkan
mobilku untuk bertanya pada salah satu dari
antara mereka.
“Permisi dik, mau tanya alamat ini”, sambil
kutunjukkan isi SMS dari V.
“Oooh…dari sini lurus terus nanti ada toko CK,
tante belok kiri terus belok kanan, nanti belok
kanan lagi, terus ambil kiri, terus ada tanjakan
belok ke kanan. Naik terus nanti tanya aja lagi
sama orang disitu”, dia memberikan penjelasan
panjang lebar.
Diberi penjelasan seperti itu aku langsung
kebingungan, tanpa pikir panjang aku langsung
minta tolong padanya.
“Aduh, tante bingung nih! Kamu bisa anterin aja
ga? Nanti tante kasih ongkos pulang” kataku.
Dia seperti kebingungan.
Aku pun berkata, “Tenang ga akan diculik kok”,
kataku sambil tersenyum.
Dia makin kelihatan kebingungan.
“Kalo kamu takut, ajak saja temen kamu”, aku
meyakinkannya, karena aku sudah pusing
mencari alamat V.
Akhirnya dia setuju dengan syarat boleh mengjak
temannya dan diberi ongkos pulang.
Dia pun mengajak dua orang temannya. Aku
menyuruh salah satu dari mereka untuk duduk di
depan sebagai penunjuk jalan, lagipula aku tidak
mau dikira sepagai sopir antar jemput anak
sekolahan sad.gif
Didalam mobil aku berkenalan dengan mereka.
Yang duduk didepan bernama Fariz, sedangkan
dua temannya yang duduk dibelakang bernama
Dharma dan Aziz. Dari obrolan kami ku ketahui
mereka baru kelas 2 SMP.
Selama perjalanan kuperhatikan mereka semua
mencuri-curi pandang tubuhku. Saat itu aku
mengenakan tank top biru muda dan hot pants.
Yang paling kuperhatikan tentu saja Fariz karena
dia duduk didepan. Setiap kali kuperhatikan dia
langsung membuang muka, karena takut
ketahuan olehku. Umur-umur segitu anak cowok
memang memiliki fantasi seks yang luar biasa.
Fariz terus saja mencuri pandang buah dadaku
yang “luber”. Akhirnya kuputuskan kubiarkan saja
mereka melihat payudaraku, kupikir sebagai
bahan masturasi mereka nanti…
Akhirnya sampai juga kami di rumah V.
Vina langsung menyambutku, tapi dengan
tatapan heran.
“Siapa itu Cel?”, tanyanya.
“Oh..mereka guide”, kataku sambil tersenyum
pada mereka.
“Masuk dulu yuk!”, ajakku pada mereka. “Ga
buru-buru kan?”, tanyaku lagi.
Akupun mengambil tas kecilku. Aku dan Vina
masuk mendahului mereka.
Rumah V –menurutku sih villa, bukan rumah-
berada didaerah yang elite, sehingga jarak antar
tetangga tidak terlalu dekat.
Vina juga hidup sendiri, sama seperti aku. Dia
editor sebuah majalah wanita.
Begitu masuk rumah, Vina langsung
menunjukkan kamarku, “kamar lo di atas ya Lyn,
yang itu tuh”, katanya sambil menunjukkan
kamarku.
Kita ngobrol dibawah yuk, katanya kepada ketiga
anak itu sambil turun menuju ruang tamu.
Aku pun menuju kamarku, ketika baru teringat
bahwa aku lupa membawa tas yang berisi
pakaian.
Aku pun memanggil Fariz, “Riz, bisa minta tolong
ambilkan tas tante yang hitam di mobil?”.
Fariz tampak terkejut, “Bisa tante”.
“Tau cara bukanya kan?”, tanyaku lagi.
“Tau kok!”, jawabnya.
Akupun memberikan kunci mobilku kepadanya.
Akupun menuju kamarku. Sesampainya di
kamar, aku langsung menutup pintu dan menuju
kamar mandi, aku sudah tidak tahan menahan
pipis sejak di tol tadi.
Ketika aku baru mengeluarkan pipisku, tiba-tiba
Fariz masuk.
Akupun terkejut. Sial, aku lupa mengunci pintu
kamar dan lupa menutup pintu kamar mandi
karena sudah tidak tahan.
Fariz tampak terkejut melihatku sedang duduk di
toilet, “Ma..maaf tante, saya lupa mengetuk
pintu”. Dia terpaku di depan pintu.
Cepat-cepat kubilang padanya, “Udah cepet
masuk tutup pintunya, tar keliatan orang!”.
Masih kebingungan diapun masuk dan menutup
pintu, matanya masih terpaku padaku.
“Lihat apa kamu?”, tanyaku menyadarkannya.
“Eh..ngga liat apa-apa tan”, katanya sambil
membalikkan badan.
Setelah selesai akupun berkata padanya, “Maaf ya,
tante lupa kunci pintu”.
“Ng…ga pa pa tan, saya keluar dulu”, katanya.
Busyet polos amat anak ini, pikirku. Tiba-tiba
muncul niat isengku, melihatku pipis saja sudah
kebingungan bagaimana kalo melihatku bugil?
“Riz, tante bisa minta tolong lagi ga?”,
pertanyaanku menghentikan langkahnya.
“Bi..bisa tan”, rupanya dia masih shock.
“Tolong pijitin tante dong, tante pegel nih nyetir
dari J”, tanyaku.
Rupanya permintaanku ini lebih mengagetkannya.
Niat isengku semakin menjadi-jadi.
“Nanti tante tambahin deh ongkosnya”, tambahku
lagi.
Rupanya kata-kataku yang terakhir ini membuat
dia tersadar.
“Bo..boleh deh tan”, katanya.
Aku pun memanggil V untuk meminta lotion
untuk membalur tubuhku.
“Mau ngapain lo?”, tanya Vina setengah berbisik
kepadaku.
“Mau tau aja”, kataku kepadanya.
Vina yang merupakan petualang seks sejati
langsung mengerti maksudku.
“Bisa aja lo cari variasi”, katanya lagi. “Bisa ikutan
dong?”, tanyanya.
“Tuh masih ada dua lagi”, kataku sambil
menunjuk Dharma dan Aziz.
“Wah cerita baru buat blog gue nih”, katanya
bersemangat.
Diapun memberikan lotion kepadaku.
Akupun menutup pintu tanpa kukunci, toh tidak
ada siapa-siapa selain kami berlima dirumah ini.
“Nih lotionnya”, kataku sambil menyerahkan
lotion kepada Fariz.
Akupun menuju kamar mandi, lalu keluar lagi
dengan hanya mengenakan handuk. Aku telah
melepaskan semua pakaian dalamku. Perasaan ini
mulai membuatku bergairah.
Fariz tampak terkejut melihatku, karena handuk
yang kukenakan benar-benar hanya menutupi
payudara dan kemaluanku saja.
Aku pun berbaring telungkup di tempat tidur dan
menurunkan handukku sehingga hanya
menutupi bagian pantatku.
“Ayo..tunggu apa lagi”, kataku kepada Fariz yang
tampak tertegun melihat tubuhku yang hampir
telanjang.
Diapun duduk disebelahku dan mulai menuang
lotion ke atas punggungku. Fariz pun mulai
memijitku.
Aku berusaha memulai pembicaraan untuk
memecah kesunyian.
“Kamu sekarang kelas 2 SMP ya. Udah punya
pacar?”, tanyaku.
“Be..belum tan”, jawabnya gugup.
“Kamu kok grogi gitu? Belum pernah mijit cewek
ya?”, tanyaku jahil.
“Be..belum pernah tan”, jawabnya singkat.
“Udah..kamu pijit kaki tante aja, soal pegal”.
Farizpun mulai memijit kakiku.
“Agak keatas sedikit Riz”, kataku sambil
mengarahkan tangannya ke pahaku.
Dia tampak semakin gugup.
Pijatan didekat daerah kemaluanku membuatku
se cara tidak sadar melebarkan pahaku,
menurutku Fariz dapat melihat bulu kemaluanku
yang tidak terlalu lebat itu.
“Tapi kamu pernah masturbasi kan?”, kataku
mulai memancing.
“Mmm….”, dia terdiam.
“Ga mungkinlah seumuran kamu belum pernah
masturbasi”, kataku lagi.
“Pernah tan”, jawabnya pelan.
Kamipun terdiam.
“Agak keatas lagi Riz”.
Farizpun memijit dekat pantatku.
“Udah pernah ML?”, kataku makin tak tahan.
“Be..belum tan”.
Wah perjaka batinku. Aku pun menarik handuk
yang menutupi pantatku sehingga kini aku benar-
benar bugil.
Fariz benar-benar terkejut.
“Sekarang pijitin pantat tante aja, dari tante duduk
nyetir terus”.
Farizpun mulai memijit pantatku yang montok
bersih itu. Akupun makin lama makin melebarkan
kedua pahaku.
“Riz…”.
“Iya tan”.
“Kamu mau pegang ‘itu’ tante?”, tanyaku nakal.
“Pegang aja Riz, ga pa pa kok”, pancingku lagi.
Fariz memindahlan tangannya dari pantatku kea
rah kemaluanku. Dia mulai memegang bulu
kemaluanku. Nafsuku makin tidak tertahan.
“Gerakin tanganmu maju mundur Riz”, kataku
mengarahkan.
Arizpun mulai menggerakkan tangannya di atas
kemaluanku. Gesekan antara tangannya dan bulu
kemaluannya makin membuat vaginaku basah.
Akupun sedikit menunggingkan badanku untuk
mempermudah tangan Fariz bermain di atas
kemaluanku.
“Masukin jari tengah kamu Riz”, pintaku setengah
memohon.
Farizpun mulai mengerti jalannya permainan ini.
Dia mulai memasukkan jari tengahnya kedalan
vaginaku sambil terus menggosok-gosoknya.
Sentuhan tangannya sesekali menyentuh
klitorisku, dan itu makin membuatku bernafsu.
Suaraku makin lama makin meracau karena
keenakan.
“Iya Riz..yang itu. Gosok ‘itu’ tante Riz”.
“Yang mana tante?”, katanya polos.
Akupun tersadar, dia masih terlalu polos.
Lalu aku membalikkan tubuhku, sehingga Fariz
kini dapat melihat seluruh rubuhku yang telah
bugil dengan leluasa.
“Kamu mau pegang payudara tante?”, tanyaku
sambil memgang kedua tangannya dan
mengarahkannya ke kedua payudaraku. Aku
meremas tangannya sehingga tangannya itu
meremas kedua buah dadaku.
Setelah meremas-remas buah dadaku, aku pun
menarik kepala Fariz dan mengarahkannya ke
dadaku. Diapun mulai menjilati putingku, mataku
terpejam akupun makin mendesah tidak karuan.
“Oouuh…aaahh…euuhhh…”, aku mulai liar.
Tanganku tidak tinggal diam. Aku mulai meraba
celana Fariz dan memegang kemaluannya yang
aku yakin sudah tegang dari tadi. Tanganku
menarik retsletingnya dan mengeluarkan
kemaluannya. Tidak terlalu besar, hanya sedikit
lebih panjang dari genggamanku, mungkin
karena ia masih kelas 2 SMP. Tanganku mulai
memainkan kejantannya, aku mulai
mengocoknya.
Akhirnya aku berhenti. Akupun duduk dan mulai
me lucuti seragam Fariz. Kulihat badannya yang
masih polos itu. Kemaluannya baru sedikit
ditubuhi bulu-bulu halus. Aku menyuruhnya
terlentang. Akupun mulai melakukan oral
kepadanya dalam posisi berlutut.
“Hmmph…mmph…mmphh”, suara mulutku
yang sedang mengulum batang kemaluannya
sambil tanganku memainkan kedua bolanya.
“Aahhhh…ahhhh…enak tan”, Fariz berteriak
keenakan.
Fariz merubah posisinya dari tidur menjadi
duduk. Tangannya kini memainkan buah dadaku.
Sesekali aku berhanti mengulum batang
kejantanannya untuk menikmati remasan tangan
Fariz. Tangan kiriku kini beralih memainkan
klitorisku. Aku benar-benar menikmati semua ini.
Tiba-tiba Fariz berteriak,
“Aa..aa..aaahhhhh, geli banget tan.
Aaahh..aaahh…aaahhh…ma..ma..mau
kkkelluuaaarrr”, aku makin mempercepat mulutku
dan makin menghisap kuat-kuat batang
kejantannya.
Tidak berapa lama…..
“AAAAHHHHHHH…AAAHHHHHH…
AAAAHHHHHH”, Fariz mengeluarkan cairan
spermanya didalam mulutku. Aku sempat
terkejut, karena banyak sekali cairan sperma yang
dikeluarkan anak kelas 2 SMP ini. Tapi itu kupikir
karena jarang sekali bermasturbasi.
Sperma yang telah dikeluar didalam mulutku ku
keluarkan lagi ke atas batang kemaluannya, hanya
untuk kuhisap lagi. Fariz terlihat begitu menikmati
oral seks ini. Akhirnya kutelan semua sperma
Fariz, dan kuhisap lagi kemaluannya untuk
membersihakan sisa-sisa spermanya.
“Enak Riz?”, tanyaku puas.
“Enak banget tante. Beda ya sama masturbasi”,
jawabnya polos.
Aku hanya tertawa sambil menjawab, “ada yang
lebih enak, mau?”.
Akupun mulai mengulum kembali batang
kejantanan Fariz yang telah terkulai. Aku sengaja
melakukan oral terlebih dahulu kepada Fariz,
supaya nanti saat permainan utama dia tidak
cepat ‘keluar’. Pelan-pelan aku mulai menjilati
kemaluannya. Posisi Fariz kini tiduran kembali
dengan kedua kaki diangkat, sehingga kepalaku
berada dikedua pahanya. Jilatanku mulai berubah
menjadi kuluman. Semakin lama semakin cepat,
akupun mulai memperkuat hisapanku pada
kepala penisnya. Sesekali paha Fariz menjepit
kepalaku menahan rasa geli di penisnya. Ketika
penis fariz telah berdiri lagi aku menghentikan
oralku.
“Eh..kenapa tante?”, tanyanya heran.
“Gantian dong, masa kamu aja yang enak?!”,
kataku.
“Maksudnya?”.
Akupun mulai berbaring dan menarik Fariz ke
pelukanku. Akupun mulai menciumnya. Mula-
mula dia seperti risih, tetapi permainan lidahku
mulai mengajarinya untuk berciuman. Kami terus
berpelukan sambil berciuman, sesekali penisnya
menyentuh klitorisku dan ini membuatku makin
menggila. Puas berciuman aku mengarahkan
kepalanya ke bauah dadaku. Kini Fariz telah tahu
apa yang harus dilakukan.
Nafsuku makin tak tertahan. Aku mengangkat
kepala Fariz, “Riz, jilatin ‘itu’ tante”.
“Yang mana tante?”.
Aku mengambil posisi bersandar pada pinggiran
tempat tidur. Kutekuk pahaku dan kubuka lebar-
lebar pahaku. Kedua tanganku memegang
vaginaku, jari-jariku menyisir bulu kemaluan.
Setelah terlihat jelas kemaluanku yang telah basah
dari tadi, kutunjukan klitorisku dengan kedua jari
telunjuk.
“Yang itu Riz, jilatin ‘itu’ tante”, pintaku setengah
memelas.
“Yang ini tante?”, katanya sambil menyentuh
klitorisku.
Sontak aku menggelinjang, sentuhan tangan Fariz
pada klitorisku membuat tubuhku seperti
melayang.
Dia tampaknya menikmati hal ini.
“Yang ini ya?”, tanyanya lagi sambil mulai
memainkan klitorisku.
“Aaaahhhh…ii..iiyyaaa…yang itu. Ka..kha..kamu
nakal ya”, kataku mulai terengah-engah.
“Aaaahhhh…oouuuhh….uuuhhhhh….jilatin aja
Riz”, kataku tak tahan sambil menurunkan
kepalanya kekemaluanku.
Fariz mulai menjilati vaginaku, mula-mula meras
aneh, mungkin karena aroma khas vagina yang
telah basah. Akupun makin melebarkan pahaku,
sambil tanganku membuka vaginaku agar
tampak klitorisku oleh Fariz.
“Jilatin yang ini Riz”, kataku sambil menunjukkan
letak klitoris.
Fariz mulai menjilati klitorisku dengan lidahnya.
Akupun memegang kepalanya dan
menggerakkan kepala Fariz naik turun di atas
klitorisku. Gerakan lidah Fariz yang kasar menari
diatas klitorisku membuatku hampir mencapai
orgasme.
Cepat-cepat kuangkat kepala Fariz dan kutarik
badannya kearahku. Dengan tisak sabar
kupegang batang kemaluannya yang telah keras
kembali, kuarahkan ke vaginaku.
Cllep…bleessshhh…penisnya langsung masuk
kedalam vaginaku yang sudah semakin basah.
“Aaaaahhhh…”, teriakku.
Aku mulai memegang pinggang fariz dan
menggerakkannya maju mundur.
Plok..plok..plookk…cloopps…clooppss….suara
selangkangan kami beradu ditengah semakin
banjirnya cairan vaginaku.
“Ooooohhh…aaahhhhh…
aaahhh…..aaahhh….aaaa..aaaaa….aaaahhhh…terus
Riz…eennaaak”, teriakku.
Aku mulai manarik-narik rambutnya, sambil
sesekali kuciumi Fariz dengan brutal.
“Hmmmppph..hmmmppp…
aahhhh..hmmpphh…ooohhh….ohhh
yyeesss..hmmmppphhhh”.
Kakiku kini melingkari pinggang Fariz agar
penisnya bisa masuk sedalam-dalamnya kedalam
vaginaku. Tubuhnya menempel dengan tubuhku,
kamipun bermandikan keringat. Sensasi
bersetubuh dengan bocah polos yang masih
perjaka ini benar-benar membuatku bernafsu.
Tangan Fariz mulai memainkan kembali buah
dadaku. Tidak berapa lama aku merubah posisi.
Aku berjongkok di atas Fariz. Ku pegang penisnya
dan kumasukkan kedalam vaginaku.
Plok..plok..plok..vaginaku berbunyi karena sangat
basah.
Kugoyangkan badanku maju mundur, penis Fariz
melesak penuh kedalamku. Goyangan ini makin
menggesek klitorisku.
“Aaahhhhh…ooouuuhhhhh….eenaaaakkkkkk”.
Aku tahu sebentar lagi fariz akan ejakulasi yang
kedua, sehingga aku marubah posisiku menjadi
“doggy style”. Tubuhku bersandar pada sandaran
temapt tidur. Fariz tanpa permisi langsung
memasukkan penisnya dengan tidak sabar.
“Ah!” jeritku.
Fariz makin tidak sabaran. Dia terus memompa
vaginaku dengan batangnya, batang yang baru
sekali ini merasakan nikmatnya dunia. Dia terus
menggerakkan tubuhnya maju mundur, makin
lama makin cepat, sambil tangannya memegang
pinggulku.
“Ah..ah..ah…teerrruuus
Riz….terruuusss…..aaaaahhhh”.
“Tan, Faarriizz maau kke…..lluaarr….giimaannaa
nihhhh…..aahhhh…ahhh?”.
“Ahhh…aahhh…kkee…ahh…keeluaarinn aja Riz…
aahhhhh”.
Plok..plook…clooppss….cloppss….
Akupun mulai bersiap meneriam muntahan
sperma fariz didalam vaginaku, akupun mulai
mencapai orgasme yang sejak tadi kutahan.
“Aahhhhh…tteerrruuussss Rizzzzz…tante
ju….Ah!..ga mau keeluuuarrr……aaahhhhh…
terusss”.
Fariz terus mempercepat kocokan penisnya di
dalam vaginaku.
“aahh…ahhh..AAAAHHHHHHHHH….!!!!”
Fariz memuntahkan seluruh spermanya didalam
vaginaku. Kurasakan semprotan kuatnya di
dinding vaginaku, seperti dikejutkan oleh
sengatan listrik. Vaginaku langsung terasa hangat
dan basah oleh cairan spermanya, tapi aku tidak
menghentikan goyangannya. Tidak berapa
lama….
“Oh…oh…oh…
ah..ah..ah..ah..ah..AAAAHHHHHHH!!!!”, akupun
berteriak karena orgasme.
Vaginaku makin basah oleh karena cairan kami
berdua. Aku tidak membiarkan Fariz melepaskan
penisnya dari vaginaku, sambil menggoyang-
goyangkan pinggulku.
“Gimana Riz, lebih enak dari yang tadi kan?”,
tanyaku.
“He..he..he..iya tan, jauh lebih enak”, jawabnya
sambil mengikuti goyangan pinggulku.
Bersamaan dengan mengecilnya penis Fariz,
keluar jugalah cairan spermanya dari dalam
vaginaku. Cairan sperma itu langsung menempel
pada kami berdua. Aku langsung berbalik dan
menghisap cairan sperma yang ada pada penis
Fariz.
Sambil merasa kegelian Farisz berkata, “Makasih
ya tan, ga rugi nganterin tante”.
“Aku juga ga rugi dianterin kamu”, jawabku
singkat lalu kembali mengulum penis Fariz.
Setelah penis Fariz bersih dari sperma kamipun
berbaring terlentang tanpa pakaian.


Adult | GO HOME | Exit
1/5129
U-ON

inc Powered by Xtgem.com